Peringatan Hari Perempuan Internasional;
Perempuan Berdaulat atas Hidupnya
Banda Aceh-Hari Perempuan Sedunia atau International Women’s Day (IWD) dirayakan oleh perempuan sedunia untuk memperingati kesadaran perempuan-perempuan akan kesamaan nasibnya yang mengalami opresi dan ketidaksetaraan. IWD yang dirayakan setiap 8 Maret di seluruh dunia muncul bukan dengan tiba-tiba, namun dengan proses yang sangat panjang, yang diawali oleh aksi para buruh perempuan yang menuntut persamaan upah dll. Solidaritas Perempuan Bungoeng Jeumpa Aceh merupakan organisasi perempuan yang konsen dalam memperkuat gerakan perempuan turut memperingati hari perempuan sedunia hari ini.
Melalui momentum IWD tahun 2016 di Aceh, masyarakat khususnya perempuan dikampung-kampung turut memberi pandangan berdasarkan pengalaman mereka dan harapan kepada Pemerintah Daerah melalui testimoni-testimoni yang mereka berikan hari ini tepat tanggal 8 Maret 2016. Seperti Yeni, salah satu perempuan akar rumput di Wilayah Aceh Besar. Menurutnya IWD merupakan moment bagi perempuan untuk melawan segala diskriminasi yang dialami perempuan. Yeni melihat selama ini perempuan juga tidak memiliki hak yang sama seperti laki-laki dalam pengelolaan sumber daya alam, sementara perempuan sangat dekat dengan sumber daya alam yang ada disekitar. Tidak hanya itu, pemerintah juga harus memenuhi hak-hak perempuan supaya perempuan bebas berekspresi dalam melakukan kegiatan positif, bukan kemudian melarang sehingga tidak memberikan ruang bagi perempuan berkegiatan. “Saya juga berharap pemerintah mensosialisasikan Qanun Jinayat, karena masyarakat khususnya perempuan dikampung-kampung tidak mengetahui apa itu qanun jinayat, sedangkan qanun jinayat sudah diterapkan,” sebutnya Yeni.
Salah seorang perempuan bernama Erna di Kec. Leupung juga mengatakan IWD adalah hari dimana perempuan melawan segala bentuk ketidakadilan terhadap perempuan. Lebih lanjut sebut dia, bahwasanya peran pemerintah dalam memenuhi hak-hak perempuan belum terpenuhi, karena banyak perempuan yang tidak memiliki kedaulatan atas air, seperti desa – desa yang ada di Kec. Leupung Aceh Besar yang airnya dikelola oleh Perusahaan bukan masyarakat. “Kami berharap, kami bisa berdaulat ditempat kami sendiri khususnya untuk mendapatkan air, tanpa campur tangan perusahaan. Dan Pemerintah lebih peduli kepada kaum perempuan khususnya,” sebut Erna.
Ketua Solidaritas Bungoeng Jeumpa Aceh Ratna Sari, menurutnya momentum IWD diharapkan menjadi momentum bagi perempuan untuk bersuara, mengutarakan persoalan-persoalan yang dihadapi mereka (perempuan), bahkan menuntut Negara untuk memenuhi hak-hak mereka. “Jika kita ke masyarakat, kita memperoleh begitu banyak persoalan yang dihadapi perempuan disana dan mereka harus berjuang sendiri tanpa perhatian Pemerintah,” ujarnya.
Ratna Sari mengatakan seperti persoalan pemenuhan air, yang seharusnya mereka mudah dapatkan air karena air merupakan kebutuhan dan hak dasar manusia, namun hak itu dilanggar oleh negera. Mereka kesulitan mendapatkan air padahal desa mereka dekat dengan sumber mata air, akhirnya mereka harus menampung air di tengah malam dimana yang lain sedang tidur nyenyak, bahkan harus mengeluarkan biaya besar untuk mendapatkan air,” pungkas Ratna Sari Ketua Solidaritas Perempuan Aceh.
Melalui momentum Peringatan Hari Perempuan Sedunia 2016, Solidaritas Perempuan Aceh menyerukan kepada Pemerintah Aceh untuk melakukan langkah-langkah kongrit untuk pemenuhan hak dasar khususnya pemenuhan hak atas air dan hak-hak perempuan yang diabaikan oleh Negara. Mengkaji kembali produk kebijakan yang mendiskriminasikan perempuan serta melakukan dan membangun langkah-langkah konkrit dalam upaya perlindungan dan pemenuhan hak asasi perempuan di Aceh.
Salam Solidaritas,
Ratna Sari
Ketua Badan Eksekutif Komunitas
Solidaritas Perempuan Bungoeng Jeumpa Aceh