Liputan Aksi : “Deklarasi Rakyat Tolak Reklamasi Hentikan Proyek Reklamasi Jakarta: Merampas Laut Menggusur Rakyat”

#Reklamasibukansolusi
oleh Ega Melindo

Aksi Reklamasi1Jakarta, 2 Desember 2015. Seluruh Rakyat Muara Angke mulai dari laki-laki, perempuan, nelayan tradisional, pedagang ikan, tokoh masyarakat dan pemuda menyatakan deklarasi menolak proyek reklamasi Teluk Jakarta. Mereka berkumpul  di lapangan sepak bola Muara Angke dan kemudian melakukan aksi  long march menuju  Mall Green Bay.

Aksi ini merupakan upaya nelayan tradisional dan masyarakat pesisir di Teluk Jakarta, perempuan dan laki-laki, untuk mendesak agar proyek reklamasi dihentikan. Hal ini dikarenakan proyek pembangunan yang tidak berkelanjutan dan patriarkis ini hanya akan menggusur dan menghilangkan sumber-sumber kehidupan masyarakat. Selain itu, proyek reklamasi juga akan memperparah pencemaran di Teluk Jakarta, merusak lingkungan dan semakin menambah beban perubahan iklim. Hal ini tentu kontradiktif dengan komitmen pemerintah Indonesia yang disampaikan Jokowi pada KTT Perubahan Iklim di Paris yang sedang berjalan. Karena, tidak mungkin ada program mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di perairan pesisir dan pulau-pulau kecil dapat berhasil jika pemerintah tutup mata dengan penghancuran ekosistem pesisir seperti yang tengah terjadi dengan reklamasi Jakarta.

Aksi Reklamasi2“Reklamasi jelas merupakan kepentingan pemodal dan pengusaha properti. Dengan biaya yang lebih murah ketimbang harus membebaskan lahan warga di darat, mereka bisa melakukan ekspansi bisnisnya. Ironisnya, hal ini difasilitasi oleh pemerintah. Tanpa ada kajian potensi dampak sosial dan lingkungan yang jelas, serta konsultasi publik dengan masyarakat di Teluk Jakarta pemerintah bersikeras melanjutkan proyek. Masyarakat pesisir pun kehilangan sumber kehidupannya. Persoalan ini, meskipun sama-sama dihadapi laki-laki dan perempuan namun memiliki dampak yang lebih besar bagi perempuan. Perempuan akan bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, misalnya dengan menjadi buruh cuci atau memulung tanpa menghilangkan tanggung jawabnya atas kerja-kerja domestik, Sehingga banyak perempuan pesisir yang harus bekerja setidaknya 18 jam sehari yang tentunya membahayakan kesehatan, termasuk kesehatan reproduksinya.” Papar Arieska dari Divisi Kedaulatan Perempuan Melawan Perdagangan Bebas dan Investasi Solidaritas Perempuan memberikan keterangan pada wartawan yang hadir.

Aksi ini ditutup dengan Deklarasi 1000 rakyat Muara Angke menolak reklamasi Teluk Jakarta bersama dengan Koalisi Selamatkan Teluk Jakarta yang terdiri dari KNTI, LBH Jakarta, ICEL, KIARA, Solidaritas Perempuan, dan Walhi Jakarta.

Translate »