Solidaritas Perempuan Menyerukan: Perempuan Berdaulat, Bebas Dari Penindasan”
Oleh : Ega Melindo
Fakta dan kondisi hari ini, menunjukan bahwa perempuan dan kelompok marginal masih mengalami penindasan di berbagai aspek kehidupan. Sistem sosial dan sistem negara yang partiarki telah mengontrol tubuh, pikiran, hasil kerja, sumber pangan dan sumber kehidupan perempuan, sehingga perempuan dipinggirkan dan terpinggirkan dari berbagai sistem termasuk dalam pengambilan keputusan. Sistem penindasan perempuan, baik yang dilakukan sosial maupun negara, telah menjadikan perempuan kehilangan kedaulatannya, untuk menentukan hidup dan sumber-sumber kehidupannya. Lemahnya sistem Negara juga turut mendukung perempuan menjadi kelompok yang rentan terhadap berbagai bentuk kekerasan dan pelanggaran hak terhadap perempuan yang berujung pada penindasan dan pemiskinan perempuan.
Hari Perempuan Internasional diperingati setiap 8 Maret di seluruh dunia sebagai peringatan perjuangan perempuan dari berbagai bentuk diskriminasi, penindasan dan ketidakadilan di berbagai bidang. Solidaritas Perempuan sebagai organisasi yang selama ini konsisten dalam membangun, memperluas dan memperkuat gerakan perempuan, tentunya turut memperingati Hari Perempuan Internasional sebagai peringatan terhadap perjuangan yang masih terus dilakukan. Pada Hari Perempuan Internasional tahun ini, Solidaritas perempuan mengusung tema “Perempuan Berdaulat, Bebas Dari Penindasan
Momentum peringatan hari perempuan internasional yang diperingati pada 8 Maret 2016 Solidaritas Perempuan (SP), memperingati hari perempuan Internasional dengan beragam kegiatan di Komunitas, diantaranya SP Komunitas Bungoeng Jeumpa Aceh, SP Komunitas Sintuwu Raya Poso, SP Komunitas Sebay Lampung, SP Komunitas Sumbawa, dan SP Komunitas Anging Mammiri- Makassar, untuk menyuarakan berbagai bentuk penindasan yang dialami perempuan nelayan/pesisir, perempuan buruh migran, perempuan petani, perempuan miskin kota, perempuan adat, maupun perempuan yang hidup dan tinggal di wilayah kebijakan diskriminatif, baik akibat sistem sosial maupun sistem negara.
Jakarta; Peringatan hari perempuan Internasional 2016 diperingati dengan melakukan aksi Long March dengan rute patu kuda dijalan Medan merdeka barat Jakarta pusat, menuju kantor Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak ( KPP &PA) dan berakhir di istana Negara. Aksi yang berlangsung mulai pukul 10.00 pagi tersebut diikuti 50 orang masa aksi yang terdiri dari perwakilan 11 Komunitas SP, perempuan akar rumput, jaringan organisasi masyrakat sipil dan jaringan mahasiswa,. Aksi diisi dengan orasi – orasi politik yang disampaikan perwakilan 11 Komunitas SP. Siti Aisyah – Koordinator Program SP Anging Mammiri – Makassar menyampaikan ”bahwa kebijakan reklamasi pantai sebagai bentuk penindasan yang dilakukan Negara karena dampak yang diakibatkan oleh reklamasi membuat masyarakat dan perempuan pesisir kehilangan sumber-sumber kehidupanya”. Selain itu, Diana – Koordinator Program SP Sumbawa juga mengatakan bahwa “ kebijakan daerah pemerintah Sumbawa belum mampu melindungi hak perempuan buruh migran. Kasus Samita adalah salah satu kasus buruh migran yang menjadi korban trafficking. Sayangnya, Kementerian Luar Negeri sangat lamban, bahkan tidak mampu menyelesaikan kasus yang dialami Samita”.
Penyampaian situasi penindasan perempuan melalui puisi juga disampaikan oleh perwakilan perempuan komunitas SP Jabotabek. Selain puisi, juga terdapat mural dan face painting yang berisi simbol-simbol dan gambar tentang pembebasan perempuan dari berbagai bentuk penindasan akibat kebijakan dan program pembangunan Negara yang patriarkis. Aksi yang dikoordinir oleh Zakia Nisaa berakhir pukul 12.30 wib.
SP Komunitas Bungoeng Jeumpa Aceh; memperingati melalui siaran pers dan video perempuan komunitas. Ketua Badan Eksekutif Komunitas SP Aceh – Ratna Sary mengatakan “masyarakat khususnya perempuan di kampung-kampung turut memberi pandangan berdasarkan pengalaman mereka dan harapan kepada pemerintah daerah melalui testimony, terutama persoalan akses dan kontrol perempuan atas air yang saat ini dikuasai oleh Perusahaan tambang PT. Lafarge Cement Indonesia”. Hari Perempuan Inernasional merupakan momen bagi perempuan untuk melawan segala diskriminasi yang dialami perempuan. Selama ini perempuan juga tidak memiliki hak yang sama seperti laki-laki dalam pengelolaan sumber daya alam, sementara perempuan sangat dekat dengan sumber daya alam yang ada.
SP Komunitas Anging Mammiri Makassar; Peringatan Hari Perempuan Internasional, SP Makassar dilakukan dengan aksi di depan gedung DPRD Sulsel dan berdialog bersama sejumlah perempuan korban tindak kekerasan. “Aksi ini merupakan sebuah bentuk protes kami terhadap pemerintah, karena fakta di lapangan, banyak perempuan yang mendapat perlakuan kekerasan diberbagai sekor” Ujar Rina Koordinator aksi SP Anging Mammiri-Makassar. Puluhan massa aksi yang terdiri dari gabungan dari berbagai organnisasi masyrakat sipil dan kelompok muda dan mahasiswa yang ada di Sulsel. Selain itu, SP Anging mamiri Makassar juga melakukan Talk show radio di radio Mercurius 104,3 FM radio yang menyampaikan persoalan rasa aman bagi perempuan di Sulawesi Selatan. SP Anging Mammiri mendesak pemerintah daerah untuk perlu memastikan Jaminan perlindungan rasa aman dan kenyamanan bagi perempuan.
SP Sintuwu Raya Poso; Peringatan hari perempuan Internasional juga berlangsung diwilayah Solidaritas Perempuan Sintuwu Raya Poso bersama Teman-teman Mahasiswa (Pembebasan) dengan melakukan diskusi dan belajar bersama terkait Situasi ketidakadilan yang dialami oleh perempuan serta sejauh mana pandangan dan pemahaman teman-teman mahasiswa tentang gerakan perlawanan perempuan poso terhadap bentuk-bentuk ketidakadilan dan penindasan terkait kontrol atas tubuh maupun sumber- sumber kehidupan perempuan yang terdiri dari tanah,air dan pangan,. Selain itu, dalam peringatan hari perempuan internasional 2016 tahun ini Komunitas Sintuwu Raya Poso bersama jaringan Pembebasan, FMN, LBH, mahasiswa melakukan aksi damai dan mendistribusikan stiker kepada publik yang bertempat di Bundaran Kota Poso dengan tema “perempuan berdaulat bebas dari penindasan “.
Stiker yang didistribusikan kepada para pengguna jalan yang berisi lima tuntutan Perempuan Poso yakni, (1) Negara harus mewujudkan kedaulatan perempuan atas pangan, (2) .negara harus mewujudkan kedaulatan perempuan atas sumber-sumber ke hidupannya, (3) Negara harus menjamin kedaulatan perempuan atas tubuh dan pikirannya, (4).negara harus menjamin hak perempuan buruh migran dan anggota keluarganya, dan (5) negara harus melindungi perempuan untuk mendapatkan hak atas rasa aman. kelima tuntutan ini ditujukan kepada negara dalam hal ini pemerintah Kabupaten Poso. .
SP Komunitas Sumbawa; memperingati hari perempuan internasional 2016 dengan melakukan aksi perlindungan perempuan buruh migran. SP Sumbawa menyuararakan tuntutan pembebasan bagi Rahma samita dari Trafficking, aksi yang dikuti oleh puluhan perempuan dengan membawa simbol payung sebagai lambang perlindungan.
SP Komunitas Sebay Lampung; Peringatan Hari Perempuan Internasional 2016. SP Sebay Lampung bersama perempuan petani, perempuan nelayan dan perempuan buruh migran juga melakukan aksi damai yang berlangsung di depan tugu Universitas Lampung mulai pukul satu hingga pukul dua siang aksi tersebut juga mengusung tema perempuan berdulat bebas dari penindasan. Aksi dilakukan dengan menyampaikan orasi politik untuk menuntut pemerintah daerah Lampung memastikan jaminan perlindungan dan pemenuhan hak perempuan yang tertindas akibat kebijakan dan program yang belum melindungi perempuan secara komprehensif.
Selain di Komunitas SP, aksi juga dilakukan oleh perempuan – perempuan di Kalimantan Tengah yang merupakan wilayah kerja Solidaritas Perempuan. Aksi dilakukan pada tangggal 3 maret 2016, sebanyak dua puluh perempuan melakukan panen raya bersama perempuan petani Desa Mantangai Hulu, Kecamatan Mantangai, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Sebelum panen raya, para peserta panen raya melakukan aksi dan orasi sebagai bentuk perlawanan terhadap perkebunan kelapa sawit skala besar yang telah merampas tanah mereka. Panen raya adalah bentuk perayaan atas keberhasilan merebut kembali tanahnya dari perampasan lahan oleh perkebunan kelapa sawit. Dalam panen raya perempuan Desa Mantangai Hulu juga membagi-bagi bibit padi lokal kepada perempuan desa lainnya.
Dalam orasinya, perempuan menegaskan perlawanannya terhadap setiap upaya perampasan kedaulatan mereka atas tanah tanah dan hutan sebagai sumber kehidupan mereka. Perempuan di kecamatan mantangai. Masyarakat dan perempuan petani di Mantangai melakukan aksi demi aksi dalam upaya memperjuangkan tanah sebagai sumber kehidupannya. Hal ini tidak terlepas dari dampak yang dirasakan perempuan akibat maraknya perkebunan kelapa sawit masuk ke wilayah kehidupan mereka. Banyaknya hama yang menyerang kebun sayur mereka dan penggunaan bahan-bahan kimia yang digunakan dalam perkebunan kelapa sawit yang membuat sumber air mereka menjadi tercemar. Bagi Perempuan di kecamatan mantangai hutan bukan hanya sekedar tempat mencari kayu bakar dan rotan bahan baku anyaman, namun hutan juga sebagai lahan pertanian mereka dan tempat mereka mencari sayur dan obat-obatan. Oleh sebab itu, perempuan di kecamatan mantangai turut terlibat dalam perjuangan menghentikan perkebunan kelapa sawit beraktivitas di wilayah mereka.
Pada tanggal 8 Maret 2016 sebagai momentum Hari Perempuan Internasional Solidaritas Perempuan mengajak seluruh perempuan Indonesia untuk bergerak melawan segala bentuk penindasan. “Melalui aksi ini, kami mengajak masyarakat terutama perempuan untuk berjuang dan keluar dari penindasan, serta bersama-sama menuntut negara untuk menjamin terpenuhinya hak-hak dan kedaulatan perempuan” Ujar Dinda Nuuraannisaa Yura – Koordinator Program Solidaritas Perempuan.