Liputan Peringati Hari Air Sedunia:
Oleh Erna Rosalina ( Komunitas Solidaritas Perempuan Jabotabek)
Memperingati HarI Air Sedunia Solidaritas Perempuan Jabotabek besama Koalisi Masyarakat Menolak Swastanisasi Air Jakarta (KMMSAJ) melakukan aksi bersama dalam rangka memperingati hari air sedunia kamis 22 maret 2018 di depan Gedung Balai Kota DKI Jakarta. Aksi ini di lakukan untuk mendesak pemerintah DKI Jakarta yang belum melaksanakan putusan Mahkama Agung No 31/Pdt/2017. Dalam putusan MA telah memerintahkan untuk menghentikan swastanisasi air di Jakarta, tetapi hingga saat ini kontrak antara DKI Jakarta dengan perusahaan swasta masih berjalan. Mahkama Agung menabulkan permohonan kasasi koalisi pada 10 april 2017, dalam putusannya MA menilai kerja sama PAM Jaya dengan Palyja dan Aetra sejak 6 juni 1997tidak meningkatkan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas pelayan air bersih bagi warga ibu kota.PAM Jaya kehilangan kewenangan pengelolaan air minum karena di alihkan kepada pihak swasta.
Peserta aksi berjumlah 80 orang datang ke gedung balai kota untuk melakukan mandi bareng, karena di rumahnya dikawasan rawa badak adalah wilayah yang sulit mendapatkan air bersih, massa aksi memakai pakayan yang layaknya mau mandi, dan membawa spanduk yang bertuliskan “ Libatkan perempuan dalam pengelolaan air bersih, patuhi putusan MA, Tegakkan amanah konstitusi hapus swastanisasi air, Tegakkan kedaulatan rakyat atas air, air hak konstitusi rakyat bukan untuk korporat, bayar mahal kualitas air buruk, rakyat menang atas gugatan MA dan sampai saat ini putusan belum di implementasikan”.
Massa aksi mulai melakukan mandi bareng dan mencuci pakaian di depan pagar gedung balai kota, sambil orasi peserta aksi mengeluh karena harus membeli air dengan harga mahal, padahal kualitas air sangat buruk, belum lagi banyak kebutuhan rumah tangga yg juga harus di penuhi, di tambah biaya berobat ketika mereka terkena penyakit gatal- gatal akibat air yang di pakai keruh dan bau, ini sangat merugikan perempuan membuat perempuan menderita dan sulit mengakses pangannya. Peserta aksi juga meminta agar gubernur DKI Jakarta bergabung bersama kami agar bisa melihat kita secara langsung yang sedang mandi, mencuci karena di rumah kami tidak ada air.
“kami minta gubernur untuk keluar, lihat kami, dengar kami, berikan hak kami atas air bersih, janganlah kami membeli air mahal di negeri kami sendiri, kami ini orang miskin, buat makan aja sudah susah, tolonglah berikan keadilan kepada kami, tugas bapak sebagai gubernur harusnya melindungi warganya bukan malah membela perusahaan yang serakah” ujar ibu halimah dari rawabadak.
Perjuangan warga yang sangat panjang hingga akhirnya MA memutuskan untuk menghentikan swastanisasi air di Jakarta , tapi pemerintah belum melaksanakan putusan ini, “oleh karena itu peserta aksi juga menuntut agar pemprov tidak mendukung kerja sama antara Pam Jaya, palija dan aetra dalam pengelolaan ( swastanisasi air)” kata Kordinator lapangan aksi ini pada orasinya saat memimpin aksi peringatan hari air sedunia
“hentikan kerjasama dengan palija dan aetra, melakukan swastanisasi air karena adalah suatu bentuk pelanggaran hak konstitusi“ ujar ela sari Ketua Badan Eksekutif Komunitas Solidaritas Perempuan Jabotabek. Aksi unjuk rasa ini berlangsung dari pukul 11.00 wib sampai pukul 13.00 wib dan di lanjutkan aksi diam sambil menunggu perwakilan dari koalisi (LBH Jakarta, Solidaritas Perempuan, ICW, Solidaritas Perempuan Jabotabek, JRMK, Kiara, dan KRUHA) yang sedang bertemu dengan Gubernur Anies Baswedan. Dalam pertemuan ini Gubernur Anies Baswedan menegaskan “akan berupaya memenuhi tuntutan KMMSAJ. Gubernur Jakarta mengatakan akan melaksanakan putusan MA tersebut, yang salah satu isinya menstop swastanisasi air di Jakarta sesuai dengan konvensi internasional dan UU Nomor 11 tahun 2015. Gubernur Jakarta menyiapkan tim yang akan mengerjakannya.