Feminis Sunday Class ‘Demokrasi Indonesia Dalam Kacamata Orang Muda’

Bincang Santai:
Minggu 21 September 2025 di Kawasan Tebet Eco Park dan sekitarnya diguyur hujan deras. Kondisi ini tidak menyurutkan semangat 17 orang muda yang hadir dalam Feminis Sunday Class (FSC) yang diadakan oleh Solidaritas Perempuan. FSC kali ini membincangkan situasi demokrasi Indonesia saat ini yang berangkat dalam bidikan lensa orang muda orang muda yang  datang  dalam FSC ini cukup beragam, seperti dari mahasiswa, aktivis dan pekerja. Dengan bersemangat namun tetap kritis mereka mengungkapkan kegelisahan mendalam atas berbagai situasi yang terjadi di Indonesia belakangan ini.

Mereka menyampaikan persoalan yang terjadi tentang hak warga negara rasanya sudah tidak sesuai lagi dengan makna demokrasi yang sesungguhnya. Contohnya, pada peristiwa aksi demonstrasi yang dilakukan masyarakat dari berbagai elemen pada bulan agustus 2025 lalu yang memakan korban jiwa. Aksi ini merupakan akumulasi kemarahan rakyat karena situasi dan kondisi yang dinilai berpihak pada kepentingan elit pemerintah, elit politik serta mematikan demokrasi.   Saat   ini   TNI   dan  Polri  malahan  hadir  untuk  melindungi  pengusaha  dan membentengi kepentingannya dari ancaman dunia luar.

Aksi  ini  meninggal  trauma  yang  mendalam  bagi  mereka  dan  menjadi  penanda  bahwa demokrasi di Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Represifitas aparat negara dijadikan alat untuk  membungkam  rakyat  yang kritis untuk menyuarakan ketidakadilan. Gedung sebagai rumah rakyat untuk menghimpun aspirasi rakyat justru memancing kemarahan rakyat dengan dikeluarkannya kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat dan semakin memiskinkan rakyatnya.

Kepemimpinan yang dibangun dengan gaya militerisme telah memperkuat situasi kerentanan yang terjadi di masyarakat dalam berbagai aspek dan lini kehidupan. Pengesahan UU TNI dan mulai dibahasnya RUU Kepolisian telah memperkuat kehadiran TNI dan Polri dalam pemerintah dan semakin mempersempit dan mengecilkan ruang supremasi sipil.

Di berbagai daerah, TNI banyak berperan dalam pencetakan sawah baru menggantikan petani untuk menanam padi. Dibawah leading Kemenhan membuat PSN di Kalimantan Tengah yang merampas banyak ruang hidup petani dalam menjaga ketahanan pangan. Perempuan telah dipinggirkan dan dimiskinkan secara struktural. Bahkan mereka dikriminalisasi karena mempertahankan tanah dan haknya. Negara hadir dengan wajah militer dan patriarkinya yang makin kuat. Bahkan pengetahuan warga negara pun dipangkas dan dikerdilkan dengan menyita buku-buku yang dianggap bertentangan dengan negara. Begitu juga dengan media sosial. Hadirnya hanya sebagai alat pencitraan bagi pejabat dan elit politik untuk menaikan pamornya dan menangkal kebusukan-kebusukan yang mereka lakukan.

Represifitas yang kuat dari negara ini, berdampak besar pada kehidupan perempuan. Perempuan belum terlibat secara aktif dan bermakna dalam banyak pengambilan keputusan strategis. Pengarusutamaan gender yang menegaskan 30% keterwakilan perempuan dalam

politik (legislative, eksekutif dan yudikatif) atau lembaga strategis lainnya hanya formalitas saja. Oleh sebab, itu bagi orang muda yang melek politik penting untuk terus membangun dan menghidupkan ruang-ruang diskusi dan memupuk semangat juang dan tidak berhenti pada momentum yang sia-sia.

Hal  lain  yang  disoroti  peserta  adalah  soal  Koperasi  Merah  Putih  yang  digadang-gadang memiliki program pinjaman tanpa bunga, yang menjadi syarat wajib untuk mencairkan dana desa. Bank-bank negara juga diminta untuk memberikan pinjaman pada Koperasi Merah Putih dalam menggerakkan usahanya. Jika Koperasi Merah Putih, maka dana dana bisa digunakan sebesar 30% untuk membayar pinjaman bank. Jika model seperti ini terus berjalan, maka lama kelamaan akan menggerogoti APBN terutama Dana Desa sebagai mandat UU No. 6 Tahun Menurut salah satu peserta, pada prakteknya ini hanya formalitas, dimana dana koperasi 50% untuk ketahanan pangan, 30% dipegang BUMDES dan 20% dikelola oleh koperasi desa.

Saat ini orang muda sudah bergerak untuk menyuarakan aspirasi suara rakyat dan melek politik. Dalam melakukan pengorganisasian orang muda, ruang-ruang diskusi ini harus terus dirawat, dibangun dan dilakukan, semangat juang tetap dinyalakan bukan hanya berhenti pada momentum saja. Salam Solidaritas!

Facebook
Twitter
LinkedIn
X
WhatsApp

Leave a Comment

Artikel Lainnya

Artikel Terbaru

Artikel Terbaru