Perempuan Bicara Agraria
65 Tahun sejak 24 September 1960 disahkan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) disahkan, dan tiap tahunnya diperingati sebagai Hari Tani Nasional (HTN). UU ini menjadi tonggak penting dalam upaya reforma agraria untuk menghapuskan ketimpangan kepemilikan lahan dan memastikan tanah dimanfaatkan untuk kemakmuran rakyat dan sebagai simbol sejarah perjuangan petani untuk memiliki lahan yang sebelumnya dikuasai penjajah.
Hari Rabu, 24 September 2025, lebih dari 1000 orang petani dari berbagai daerah di Indonesia datang untuk merayakan HTN yang diawali dengan long march dari pintu 10 Gelora Bung Karno ke depan DPR RI untuk menyampaikan tuntutan situasi dan kondisi penindasan dan ketidakadilan yang dialami oleh petani. Aksi damai dengan melakukan orasi, penampilan angklung, puisi, ruang ibu dan anak untuk menggambar, termasuk ruang diskusi bertema “Perempuan Bicara Agraria bersama Solidaritas Perempuan”.
Solidaritas Perempuan menyediakan ruang diskusi “Perempuan Bicara Agraria.” yang bercerita banyak tentang pemahaman perempuan tentang agraria, UUPA, gender, perempuan berdaulat, hak perempuan dan isu lainnya. Ada sekitar 25 orang yang ikut dalam diskusi ini dengan berbagi latar belakang profesi petani seperti petani kopi, kelapa, pisang, dan kapulaga. Mereka ada yang memiliki lahan atau bekerja sebagai buruh perkebunan PTPN. Bagi mereka diskusi ini sangat menyenangkan karena perempuan mendapatkan pengetahuan baru yang membangkitkan kesadaran mereka untuk terus berjuang
Di akhir diskusi perempuan petani berkata “sebagai perempuan penting terlibat dalam pengambilan keputusan, karena perempuan yang juga merasakan situasi yang terjadi. Selain itu adanya keadilan gender antara perempuan dan laki-laki”. Memang, HTN merupakan hari raya petani di seluruh Indonesia. Mereka berharap, pemerintah akan memberikan yang terbaik dan layak untuk petani, bukan pada konglomerat untuk penumpukan modal.
Selamat HTN 2025, perkuat solidaritas dan konsolidasi gerakan untuk menuntut keadilan agraria, jangan patah melawan karena kedaulatan harus kita rebut.


